081296718180 mastrie90@gmail.com

Sampah merupakan salah satu masalah lingkungan yang terus berkembang di seluruh dunia dan dapat berdampak buruk pada lingkungan jika tidak dikelola dengan baik, salah satu solusi yang dapat membantu mengurangi dampak negatif sampah adalah dengan menggunakan komposter.

Komposter atau mengompos merupakan alat/metode yang dirancang untuk mengubah bahan organik menjadi pupuk yang kaya akan nutrisi. Proses komposting dimulai dengan penghancuran bahan organik menjadi potongan kecil, yang memberikan lebih banyak permukaan untuk mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur mulai memakan bahan organik dan mengubahnya menjadi senyawa-senyawa sederhana seperti humus, yang merupakan pupuk alami yang sangat berguna bagi tanaman. Untuk memastikan komposter berfungsi dengan baik, perlu memperhatikan beberapa faktor, seperti perbandingan bahan coklat dan bahan hijau, tingkat kelembaban, serta ventilasi yang cukup untuk memberikan oksigen kepada mikroorganisme yang aktif dalam proses komposting.

Sampah coklat, memberikan struktur kepada tumpukan kompos, membantu menjaga keseimbangan antara karbon dan nitrogen, dan mencegah tumpukan kompos dari menjadi terlalu basah dan berbau, antara lain :

    1. Daun Kering : mengandung karbon yang tinggi dan membantu memberikan aerasi dalam tumpukan kompos.
    2. Jerami atau Serpihan Kayu : memberikan struktur dan membantu mencegah kompos menjadi terlalu padat.
    3. Potongan-potongan Kertas : mencacah kertas menjadi potongan-potongan kecil
    4. Potongan-potongan Karton : mencacah atau memotong menjadi potongan-potongan kecil agar lebih cepat terdekomposisi.
    5. Ranting dan Kayu Kecil : dicacah dapat membantu memberikan struktur yang kuat dalam kompos.
    6. Serbuk Gergaji : sumber karbon yang baik.
    7. Kulit Kacang atau Polong : mengandung karbon yang tinggi.

Sampah hijau merupakan bahan organik segar yang mengandung nitrogen tinggi dan kelembaban yang lebih besar, berperan dalam menyediakan nutrisi bagi mikroorganisme pada proses dekomposisi bahan organik, antara lain :

    1. Sisa Makanan : seperti sayuran, buah, roti, nasi, sisa daging (tanpa tulang), kopi, teh, dan makanan organik lainnya.
    2. Potongan-potongan Rumput : mengandung banyak nitrogen
    3. Daun segar : mengandung banyak nitrogen dan kadar air yang tinggi
    4. Tanaman yang Dipangkas : Potongan-potongan dari tanaman yang dipangkas seperti cabai, tomat, atau tanaman sayuran
    5. Kulit Buah dan Sayuran : Kulit buah dan sayuran yang dikupas
    6. Rumput Laut atau Alga: untuk yang didaerah pantai
    7. Serbuk Kedelai atau Jagung: sumber nitrogen tambahan dalam kompos.
    8. Kotoran Hewan Peliharaan Herbivora : seperti kelinci atau kambing
    9. Potongan Bunga : Potongan-potongan bunga segar atau layu

Penting untuk diperhatikan perbandingan yang tepat dalam mencampur sampah hijau dengan sampah coklat untuk menciptakan kondisi kompos yang seimbang. Sebagian besar panduan merekomendasikan perbandingan sekitar 30 bagian sampah coklat untuk setiap 1 bagian sampah hijau. Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam komposter, yaitu :

    1. Oksigen harus cukup.
    2. Kelembaban Terjaga : Tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah, Menyeimbangkan antara material basah dan kering yang dimasukkan ke kompos, Terlalu kering atau padat bisa menghancurkan proses komposter dan terlalu basah bisa menimbulkan bau.
    3. Karbon dan nitrogen harus seimbang.
Secara umum Manfaat Komposter, antara lain :
    1. Mengurangi Sampah : dapat mengurangi volume sampah organik yang masuk ke tempat pembuangan akhir, sehingga mengurangi tekanan pada tempat pembuangan sampah dan mengurangi potensi pencemaran lingkungan.
    2. Menghasilkan Pupuk Berkualitas : Hasil komposting merupakan pupuk yang mengandung nutrisi penting dan dapat meningkatkan kualitas tanah, meningkatkan produktivitas pertanian, serta mengurangi kebutuhan akan pupuk kimia.
    3. Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca : bahan organik yang membusuk di tempat pembuangan sampah, menghasilkan metana, yang merupakan gas rumah kaca yang sangat kuat, dengan mengomposkan bahan organik dapat mengurangi emisi metana yang merusak lingkungan.
    4. Menghemat Uang : Dengan menghasilkan pupuk dari bahan organik dapat menghemat uang untuk membeli pupuk komersial.

Adapun macam Komposter, sebagai berikut :

  1. Komposter Aerob : merupakan sistem komposting yang mengandalkan aerasi atau penghembusan udara untuk mendukung aktivitas mikroorganisme oksigen-requiring yang memecah bahan organik. Proses kerja komposting aerob sebagai berikut :
    • Aerasi : merupakan sistem aerasi yang memungkinkan udara masuk ke dalam bahan kompos. dengan menggunakan lubang ventilasi, aliran udara terkontrol, atau ventilator.
    • Suhu yang Terkontrol : Proses komposting aerob menghasilkan panas sebagai produk sampingan antara 50-65 derajat Celsius karena aktivitas mikroorganisme untuk membantu membunuh patogen dan serangga, serta mempercepat dekomposisi bahan organik.
    • Pengadukan atau Pencampuran : untuk secara teratur mencampur bahan kompos dalam membantu aerasi yang baik dan penguraian merata.
    • Waktu Dekomposisi :  dalam beberapa minggu hingga atau bulan, bahan organik dapat berubah menjadi kompos yang berguna.
  2. Komposter Anaerob : merupakan sistem komposting yang beroperasi dalam kondisi tanpa oksigen atau dengan kadar oksigen yang sangat rendah. proses kerja komposter anaerob, sebagai berikut :
    • Tanpa Oksigen: Komposter anaerob menciptakan kondisi di mana oksigen sangat terbatas dengan menutup bahan kompos secara rapat dan menghindari aliran udara.
    • Fermentasi : Proses dekomposisi bahan organik merupakan hasil fermentasi oleh mikroorganisme anaerob seperti bakteri metana. yang merombak bahan organik menjadi metana dan karbon dioksida.
    • Biogas : Salah satu hasil utamanyaq adalah biogas yang terdiri dari metana, dapat digunakan sebagai sumber energi atau bahan bakar.
    • Pemisahan Cairan : memiliki sistem untuk mengumpulkan cairan yang dihasilkan selama proses fermentasi, yang dapat digunakan sebagai pupuk cair.

Sedangkan jenis Komposter, sebagai berikut :

  • Tatakura, merupakan teknik mengompos yang dikembangkan oleh Koji Takakura, ahli kimia terapan dari Himeji Institute of Technology Jepang, menggunakan keranjang cucian bekas yang berlubang-lubang dan dilapisi oleh kardus bekas. Bahan-bahan komposter seperti sampah hijau, sampah cokat dan tanah pun di susun sedemikian rupa seperti ini :

  • Gerabah atau Pot, mengikuti kearifan lokal masyarakat Indonesia yakni membuat lubang di tanah untuk mengubur sampah. Gerabah memiliki sifat yang ‘bernafas’ sehingga memberikan sirkulasi udara yang lebih baik daripada penggunaan plastik, susunannya sebagai berikut :

  • Drum atau Kontainer, menggunakan drum plastik atau metal bekas dengan melubangi bagian bawah untuk mendapatkan sirkulasi udara (aerob), paling cocok untuk digunakan di lahan sempit atau indoor, susunannya sebagai berikut :

  • Worm Bin, menggunakan cacing sebagai media pengurai ditempatkan dalam kotak plastik beserta tutupnya, susunannya sebagai berikut :

  • Biopori, menggunakan pipa paralon dengan diameter 10 cm yang dilubangi kecil-kecil dan dimasukkan secara veritkal kedalam tanah sedalam 100 cm, dapat menampung segala jenis material organik termasuk sisa organik basah yang berlemak dan berminyak (sisa tulang), susunannya sebagai berikut :

Komposter adalah salah satu cara yang efektif untuk berkontribusi pada pelestarian lingkungan sambil menghasilkan pupuk berkualitas, solusi untuk mengurangi masalah sampah dan mendukung pertanian yang berkelanjutan.

KOMPOSTER AEROB : EMBER

  • Alat dan Bahan :
    1. Ember 25 liter bekas cat
    2. Pralon
    3. Kran
    4. Bor
    5. Kasa
  • Cara Membuat :
    1. Bor Ember untuk lubang oralon dan kran
    2. Potong pralon dan buat lubang pori-pori
    3. Buat saringan dari tutup ember
    4. Rangkai menjadi komposter, seperti gambar berikut :