081296718180 mastrie90@gmail.com

Restitusi merupakan proses kolaboratif dalam mengajarkan murid untuk mencari solusi permasalahan, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, juga bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). Restitusi sangat membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya
setelah berbuat salah. penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan

Melalui pendekatan restitusi, apabila murid berbuat salah, maka guru akan menanggapi dengan mengajak murid untuk merefleksikan mengenai apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka menjadi pribadi yang lebih baik. Murid perlu bertanggung jawab atas perilaku yang mereka pilih, namun mereka juga dapat belajar dari pengalaman untuk membuat pilihan yang lebih baik di masa yang akan datang

ciri-ciri restitusi yang membedakannya dengan program disiplin lainnya, antara lain :

  • Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan
  • Restitusi memperbaiki hubungan
  • Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan
  • Restitusi ‘menuntun’ untuk melihat ke dalam diri
  • Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan

Diane Gossen dalam bukunya Restitution; Restructuring School Discipline, (2001) telah merancang sebuah tahapan untuk memudahkan para guru dan orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk melakukan restitusi, bernama segitiga restitusi/restitution triangle, yang digambarkan, sebagai berikut :

Sisi 1: Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity), Kita semua akan melakukan hal terbaik, dengan cara mengatakan kalimat-kalimat ini :

  • Berbuat salah itu tidak apa-apa.
  • Tidak ada manusia yang sempurna
  • Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
  • Kita bisa menyelesaikan ini
  • Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari permasalahan ini.
  • Kamu berhak merasa begitu

Sisi 2: Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbehavior), Semua perilaku memiliki alasan, dengan cara mengatakan kalimat-kalimat ini :

  • “Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”
  • “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”
  • “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting buatmu”.
  • “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.”

Sisi Ketiga: Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief), Kita semua memiliki motivasi internal,  dengan cara mengatakan kalimat-kalimat ini :

  • Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?
  • Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
  • Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
  • Kamu mau jadi orang yang seperti apa?

 

LAMPIRAN :