Pandangan umum tentang perpustakaan sekolah adalah sebuah bangunan atau ruang tempat menyimpan buku yang sunyi tanpa aktifitas lainnya selain untuk membaca dan meminjkam buku. Pandangan ini harus diubah dengan Transformasi perpustakaan sekolah, yaitu merubah image perpustakaan sekolah sebagai gudang buku. Salah satu program transformasi perpustakaan adalah perpustakaan sekolah berbasis inklusi sosial.
Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (PBIS) merupakan perpustakaan yang dapat memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan potensinya dengan melihat keragaman budaya, kemauan untuk menerima perubahan, serta menawarkan kesempatan untuk berusaha, melindungi dan memperjuangkan budaya dan hak asasi manusia.
Konsep inklusi sosial muncul tahun 1970 di Prancis dan berkembang pada Konferensi Tingkat Tinggi World Summit for Social Development, Copenhagen, Denmark, 6-12 March 1995 yang menekankan pentingnya menempatkan masyarakat sebagai pusat pembangunan. dan gagasan inklusi sosial di bidang perpustakaan dimulai tahun 1999 melalui dokumen Libraries for All: Social Inclusion in Public Libraries Policy Guidance for Local Authorities in England October 1999, yang diterbitkan oleh Department for Culture, Media and Sport, Gov. UK, dan terdiri dari 7 kunci pengembangan yaitu : (1) perlunya inklusi sosial di perpustakaan umum, (2) kontek inklusi sosial, (3) identifikasi dan hambatan keterlibatan masyarakat, (4) kebijakan inklusi sosial, (5) sarana untuk mencapai tujuan, (6) tantangan yang dihadapi perpustakaan, (7) proses konsultasi.
Program Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial di In donesia dimulai tahun 2018, dengan 4 peran, yaitu: (1) Perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan, pusat kegiatan masyarakat, dan pusat kebudayaan, (2) Perpustakaan dirancang lebih berdaya guna bagi masyarakat, (3) Perpustakaan menjadi wadah untuk menemukan solusi dari permasalahan kehidupan masyarakat, (4) Perpustakaan memfasilitasi masyarakat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
Sedangkan tujuan kebijakan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, yaitu : (1) Meningkatkan literasi informasi berbasis TIK, (2) Meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, (3) memperkuat peran dan fungsi perpustakaan, agar tidak hanya sekadar tempat penyimpanan dan peminjaman buku, tapi menjadi wahana pembelajaran sepanjang hayat dan pemberdayaan masyarakat.
Dengan demikian transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan optimalisasi peran perpustakaan sebagai pembelajaran sepanjang hayat (long life education), dimana perpustakaan bukan hanya sebagai pusat sumber informasi tetapi lebih dari itu sebagai tempat mentrasformasikan diri sekaligus sebagai pusat sosial budaya dengan memberdayakankan dan mendemokratisasi masyarakat dan komunitas lokal, dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pada pasal 2, yaitu “Perpustakaan diselenggarakan berdasarkan asas pembelajaran sepanjang hayat, demokrasi, keadilan, keprofesionalan, keterbukaan, keterukuran, dan kemitraan”. Sehingga perpustakaan mengemban amanah sebagai tempat pembelajaran dan kemitraan bagi masyarakat yang dikelola secara profesional dan terbuka bagi semua kalangan sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berkeadilan dan dapat diukur capaian kinerja bagi kesejahteraan masyarakat.
Dalam perpustakaan sekolah konteks masyarakat meliputi warga sekolah (guru, siswa dan staff) dan warga sekitar sekolah serta orang tua/wali/komite sekolah, dengan fokus utamanya adalah pemberdayaan warga sekolah agar memiliki life skills yang dapat digunakan sebagai bekal dalam kehidupan bermasyarakat.
Program inklusi sosial yang dapat dikembangkan di perpustakaan sekolah, antara lain :
-
- Pelatihan Kewirausahaan, meliputi :
- Pelatihan BMC
- Pelatihan SWOT
- Pelatihan Fishbone
- Pelatihan Pareto
- Pelatihan BEP
- Pelatihan Ketrampilan, meliputi :
- Pembuatan Sabun dan Shampo
- Pembuatan Lilin
- Pembuatan Teh Herbal
- Pembuatan Peralatan Teknologi Tepat Guna
- Budidaya Nabati dan Hewani
- Pengolahan Produk Nabati dan Hewani
- Kerajinan Lokal
- Sablon
- Pelatihan TIK
- Pelatihan Jurnalistik
- Pelatihan Otomasi Perpustakaan, meliputi :
- Pelatihan SLIMS
- Pelatihan INISLITE
- Pelatihan SCHILS
- Layanan Multimedia, meliputi :
- Fasilitas Karaoke
- Fasilitas Home Theater
- Fasilitas Internet
- Layanan Khusus, meliputi :
- Fasilitas Ruangan
- Layanan Bimbingan Literasi Untuk Difabel
- Layanan Kunjungan
- Layanan ebook
- Pelatihan Kewirausahaan, meliputi :
Dengan program tersebut, diharapkan transformasi perpustakaan sebagai salah satu penunjang pendidikan sepanjang hayat akan memberikan kontribusi dalam pengembangan kecakapan hidup bagi masyarakat sekitar.